Saya hanya seorang ibu dari seorang
putra dan putri. Saya hanya seorang
manusia yang prihatin jika harus ada
nyawa yang melayang. Saya hanya seorang perempuan yang peduli akan masa depan
bangsa ini.
Setiap hari ada saja kekerasan yang
terjadi dan ditayangkan di media. Entah itu tawuran antar pelajar, tawuran
antar fakultas,tawuran antar kampung, konflik agama yang mengarah pada
kekerasan, hingga tawuran antar golongan. Anak-anak muda kita mati konyol..
hanya karena tawuran pelajar. Anak-anak muda kita terjerumus kedalam tradisi
kekerasan yang tak berujung. Tradisi yang absurd. Nyawa bagaikan tak ada
harganya. Bagaikan sampah. Tidak hanya anak muda saja, yang tua yang harusnya
memberikan contoh juga malah sibuk sendiri bermusuhan.
Apakah sedemikian parah kekerasan di
sekitar kita? Apakah tidak ada hal yang bisa kita lakukan? Apakah kita HANYA
bisa berdiam diri saja dan menangisi keadaan?
Tawuran
pelajar adalah tanggung jawab sekolah.
Setuju, tapi sampai batas mana tawuran
ini menjadi tanggung jawab sekolah? Pemerintah daerah atau pusat harusnya tegas
memberikan peraturan. Jika sudah mengarah pada kepemilikan senjata tajam,
hingga ada korban luka maupun nyawa yang melayang harusnya sudah ditindak
tegas. Bukan dengan mengeluarkan para pelajar dari sekolah yang bersangkutan. Tapi kita bisa membentuk suatu program
pembinaan bagi mereka. Saya rasa kita mampu. Kita punya banyak ahli psikologis
yang bisa diperbantukan untuk mengatasi krisis para pelajar ini dengan
pendekatan yang humanis. Memang akan butuh biaya, waktu, tempat,perhatian, dan
yang paling utama adalah kasih sayang. Kasih sayang kita sesama warga negara
republik Indonesia.
Tawuran
pelajar juga tanggung jawab pemerintah.
Pemerintah tidak bisa melepaskan
tanggung jawabnya begitu saja pada masalah tawuran pelajar tersebut, hanya
karena mereka masih pelajar atau karena mereka masih dibawah umur. Jika perlu,
tutup sekolah yang pelajarnya sering tawuran hingga ada korban. Karena ini
membuktikan sekolah tidak mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Diharapkan
dengan ketegasan pemerintah, dapat membawa efek jera bagi sekolah untuk lebih
“concern” pada masalah tawuran antar pelajar.
Kakak kelas atau bekas senior yang
masih merasa berkuasa di sekitar sekolah yang tak jarang memprovokasi harus
ditindak tegas pula. Dan ini adalah bagian dari tanggung jawab pemerintah.
Sesungguhnya mereka adalah dalang dari terus berkembangnya tawuran pelajar ini.
Dan
yang terakhir, tawuran pelajar adalah tanggung jawab kita bersama, orang tua
dan masyarakat.
Kenapa orang tua tidak saya pisahkan
dengan masyarakat? Orang tua adalah bagian dari masyarakat. Sebaik apapun orang
tua berusaha untuk mencegah dan melindungi anaknya dari perbuatan tawuran namun
jika tidak didukung dengan peran serta masyarakat juga tidak akan berdampak
banyak. Masyarakat juga harus ikut berperan serta memberi tauladan pada
generasi muda dalam bersikap, tidak mengedepankan kekerasan dalam setiap konflik
namun mengutamakan diskusi da perdamaian dalam mencari solusi.
Tak jarang konflik yang terjadi
akhir-akhir ini di Indonesia yang sudah panas makin dibakar dengan segala macam
provokasi media yang selalu mengatasnamakan keterbukaan informasi namun itu
semata-mata juga hanya untuk menaikkan rating program acara media tersebut.
Maka sudah sewajarnyalah kita
mematikan tv sejenak, berdiam diri merenung, dan melakukan sesuatu untuk
mengakhiri segala macam kekerasan yang ada di Indonesia. Dalam kasus tawuran
pelajar, seyogyanyalah kita tidak saling menyalahkan dan melempar tanggung
jawab. Mari kita bersama-sama berkomitmen, at least from home.. untuk
menciptakan damai dan kehidupan yang selaras dengan manusia lain.
Untuk para korban, semoga diterima
disisiNya, dilapangkan jalannya, dan diterima amal ibadahnya. Untuk kita yang
ditinggalkan, ini waktunya untuk bangun berbuat sesuatu sehingga kematian
anak-anak muda kita tidak sia-sia. Kematian
mereka adalah bentuk pengorbanan mereka pada sesame, untuk mengingatkan kita
arti pentingnya sebuah NYAWA.