Kamis, 27 September 2012

My Deepest Condolence



Saya hanya seorang ibu dari seorang putra dan putri.  Saya hanya seorang manusia  yang prihatin jika harus ada nyawa yang melayang. Saya hanya seorang perempuan yang peduli akan masa depan bangsa ini.
Setiap hari ada saja kekerasan yang terjadi dan ditayangkan di media. Entah itu tawuran antar pelajar, tawuran antar fakultas,tawuran antar kampung, konflik agama yang mengarah pada kekerasan, hingga tawuran antar golongan. Anak-anak muda kita mati konyol.. hanya karena tawuran pelajar. Anak-anak muda kita terjerumus kedalam tradisi kekerasan yang tak berujung. Tradisi yang absurd. Nyawa bagaikan tak ada harganya. Bagaikan sampah. Tidak hanya anak muda saja, yang tua yang harusnya memberikan contoh juga malah sibuk sendiri bermusuhan.
Apakah sedemikian parah kekerasan di sekitar kita? Apakah tidak ada hal yang bisa kita lakukan? Apakah kita HANYA bisa berdiam diri saja dan menangisi keadaan?

Tawuran pelajar adalah tanggung jawab sekolah.
Setuju, tapi sampai batas mana tawuran ini menjadi tanggung jawab sekolah? Pemerintah daerah atau pusat harusnya tegas memberikan peraturan. Jika sudah mengarah pada kepemilikan senjata tajam, hingga ada korban luka maupun nyawa yang melayang harusnya sudah ditindak tegas. Bukan dengan mengeluarkan para pelajar dari sekolah yang bersangkutan.  Tapi kita bisa membentuk suatu program pembinaan bagi mereka. Saya rasa kita mampu. Kita punya banyak ahli psikologis yang bisa diperbantukan untuk mengatasi krisis para pelajar ini dengan pendekatan yang humanis. Memang akan butuh biaya, waktu, tempat,perhatian, dan yang paling utama adalah kasih sayang. Kasih sayang kita sesama warga negara republik Indonesia. 

Tawuran pelajar juga tanggung jawab pemerintah.
Pemerintah tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya begitu saja pada masalah tawuran pelajar tersebut, hanya karena mereka masih pelajar atau karena mereka masih dibawah umur. Jika perlu, tutup sekolah yang pelajarnya sering tawuran hingga ada korban. Karena ini membuktikan sekolah tidak mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Diharapkan dengan ketegasan pemerintah, dapat membawa efek jera bagi sekolah untuk lebih “concern” pada masalah tawuran antar pelajar.
Kakak kelas atau bekas senior yang masih merasa berkuasa di sekitar sekolah yang tak jarang memprovokasi harus ditindak tegas pula. Dan ini adalah bagian dari tanggung jawab pemerintah. Sesungguhnya mereka adalah dalang dari terus berkembangnya tawuran pelajar ini.

Dan yang terakhir, tawuran pelajar adalah tanggung jawab kita bersama, orang tua dan masyarakat.
Kenapa orang tua tidak saya pisahkan dengan masyarakat? Orang tua adalah bagian dari masyarakat. Sebaik apapun orang tua berusaha untuk mencegah dan melindungi anaknya dari perbuatan tawuran namun jika tidak didukung dengan peran serta masyarakat juga tidak akan berdampak banyak. Masyarakat juga harus ikut berperan serta memberi tauladan pada generasi muda dalam bersikap, tidak mengedepankan kekerasan dalam setiap konflik namun mengutamakan diskusi da perdamaian dalam mencari solusi.
Tak jarang konflik yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia yang sudah panas makin dibakar dengan segala macam provokasi media yang selalu mengatasnamakan keterbukaan informasi namun itu semata-mata juga hanya untuk menaikkan rating program acara media tersebut.

Maka sudah sewajarnyalah kita mematikan tv sejenak, berdiam diri merenung, dan melakukan sesuatu untuk mengakhiri segala macam kekerasan yang ada di Indonesia. Dalam kasus tawuran pelajar, seyogyanyalah kita tidak saling menyalahkan dan melempar tanggung jawab. Mari kita bersama-sama berkomitmen, at least from home.. untuk menciptakan damai dan kehidupan yang selaras dengan manusia lain.
Untuk para korban, semoga diterima disisiNya, dilapangkan jalannya, dan diterima amal ibadahnya. Untuk kita yang ditinggalkan, ini waktunya untuk bangun berbuat sesuatu sehingga kematian anak-anak  muda kita tidak sia-sia. Kematian mereka adalah bentuk pengorbanan mereka pada sesame, untuk mengingatkan kita arti pentingnya sebuah NYAWA.







Selasa, 18 September 2012

Suatu Selasa di Bulan September

Pagi yang menenangkan hati, meski mata ini masih malas sekali untuk terbuka. Angin sejuk perlahan-lahan masuk ke celah-celah jendela kamar yang sengaja kubuka kemarin malam. Udara sangat panas bahkan di malam hari, bahkan di kota Bandung. Tapi angin sejuk ini terus saja membuaiku, memaksaku tuk semakin dalam meringkuk ke bawah selimut.
Tapi kemudian kudengar suara air bergemericik, ah iya.. terdengar jelas dan itu hujan. hujan yang syahdu di pagi hari.
Entah kenapa seperti ada kekuatan yang mendorongku untuk bangun menepis selimut dan diam terduduk. 
Pandanganku menatap lurus kedepan, hujan itu.. air hujan itu.. turun dengan begitu indahnya. Setelah sekian lama  kemarau yang berkepanjangan. "Iya..aku sangat merindukanmu hujan." gumamku.

I think losing a few friends is not a BIG problem.. right??

Sudah sangat berbeda.. kita dulu dan sekarang..

Sudah sangat jauh jarak kita.. meski ku terus mencoba untuk berteman..

Apakah ini patah hati karena sebuah pertemanan?

Aku rasa iya.

Tapi tidak akan lama.. akan sembuh juga seiring waktu.

Baik-baiklah kau dimanapun.

Nikmati harimu.. begitupula aku.

Akan selalu ada kebahagiaan baru seiring perpisahan.

Aku percaya yang datang dan menjadi temanku adalah yang terbaik untukku.

Karena Tuhan hanya berkehendak pada yang membaikkan umatNya..

Dan semoga aku ada didalamNya..

Puji Tuhan..

Bukankah hanya beliau yang Termulia.. yang sejatinya selalu menjadi temanku.

Ingatlah ini anak-anakku..

Kau tidak dapat memaksakan kehendakmu pada orang lain..

tapi kau bisa mempengaruhi mereka untuk mengikuti kehendakmu..

Jadikanlah itu pilihan mereka.. bukan paksaanmu.

Semoga kehidupan yang membahagiakan yang penuh kedamaian hati selalu menjadi milik kita.