Peringatan hari Kartini yang
jatuh tanggal 21 April dan hari Bumi
yang diperingati secara internasional
pada hari ini 22 April, menggelitik urat syaraf otak saya untuk
berpikir. Apa yang sudah kaumku (perempuan) lakukan untuk bumi tercinta ini?.
Terlepas dari kebetulan atau tidak, hari Kartini diperingati sebagai awal dari perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dengan kaum lali-laki dalam mendapatkan kesetaraan pendidikan, kebebasan, otonomi dan persamaan di hadapan hukum. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi kita terhadap planet yang ditinggali manusia yaitu bumi tercinta ini. Hari Bumi menyerukan pesan secara keras dan jelas bahwa penduduk dunia menginginkan tindakan yang cepat dan tegas untuk penggunaan energi yang bersih, ramah lingkungan, perlindungan dan penyelamatan hewan satwa dilindungi.
Alam
(bumi) dan perempuan juga tidak dapat dipisahkan. Seperti apa yang dikatakan
oleh Aleta Ba’un, seorang aktivis lingkungan dari Timor Leste, saat ditanyakan
apa arti bumi bagi manusia?
“
Mama kita itu siapa? Mama kita adalah tanah. Tanah adalah Ibu yang menyusui. Bagaimana
kita bisa menyangkal mama? Kita tidak bisa dipisahkan dari tanah, kita hidup
dari situ dan mati kembali ke tanah.”
Menurut Aleta lagi, terdapat 4
hal yang menjadi dasar filosofinya yang dianut dari kearifan lokal suku Mollo
Timor Leste:
- Nasi fani on nafum : hutan adalah rambut/pori-pori
- Fatu fani on nuif : tulang adalah batu
- Eol fani on na : darah adalah air
- Afu fani on nesa : daging adalah tanah
Dari sini dapat kita simpulkan
bahwa bumi diibaratkan sebagai
perempuan/ibu (Mother of Nature). Jadi apa yang terkandung didalam bumi adalah kesatuan
dari tubuh manusia yang berwujud ibu.
Namun pada kenyataannya perempuan sebagai jumlah makluk terbanyak yang
hidup di atas bumi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam penurunan
kualitas kelestarian bumi. Hal ini terkait dengan gaya hidup/life style
perempuan modern saat ini.
KOSMETIK
Semua
wanita pasti mengenal dan menggunakan kosmetik. Tampil menarik dengan bantuan
lipstik, bedak atau kuteks kini seolah wajib. Namun ternyata kosmetik juga
boros dalam penggunaan bahan yang bersumber dari pertanian. Yang terbanyak
adalah minyak kelapa sawit. Di Asia Tenggara kelapa sawit berkembang pesat
karena permintaan pasar dunia (termasuk kita para perempuan) yang terus
meningkat. Cara cepat untuk memperoleh perkebunan kelapa sawit adalah dengan
membakar hutan tropis, rumah dari ribuan spesies tanaman dan hewan. Asia
Tenggarapun menjadi kawasan penggundulan hutan terbesar. Sedihnya kawasan hutan
terparah adalah Kalimantan, Sumatra, dan Irian.
Data
kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini akibat perbedaan persepsi
dan kepentingan dalam mengungkap data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi
di Indonesia menurut parkiraan World Bank antara 700.000 – 1.200.000 ha per tahun,
dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Sedangkan
menurut FAO laju kerusakan hutan
Indonesia mencapai 1.315.000 ha pertahun atau setiap tahunnya luas areal hutan berkurang sebesar 1%. Berbagai LSM peduli lingkungan
mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1,6 – 2 juta ha pertahun dan lebih tinggi
lagi data yang diungkapkan Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia
mencapai 3,8 juta ha pertahun yang sebagian besar adalah illegal loging. Sedangkan
ahli kehutanan mengungkapkan laju kerusakan hutan Indonesia adalah 1,08 juta ha
pertahun.
PERHIASAN
Keindahan
kilau berlian, permata, dan emas tentu menggoda semua perempuan untuk memakai
dan memilikinya. Tapi terpikirkah oleh kita, akibat eksploitasi yang berlebihan logam batu mulia bisa habis dari alam.
Terbayangkah oleh kita jika suatu hari nanti anak cucu kita hanya bisa
menikmati indahnya perhiasan hanya dari warisan nenek moyang atau pajangan
dimusium saja. Selain itu pertambangan umumnya mengambil lahan hutan hijau yang
bisa memusnahkan aneka spesies tanaman dan hewan. Di Indonesia, Kalimantan
adalah daerah pertambangan terbesar. Dan saat ini populasi orang utan tinggal sedikit dan hampir mengalami kepunahan.
KERTAS DAN TISU
Bukan
rahasia lagi kalau perempuan lebih senang memakai tisu daripada membawa saputangan
atau handuk kecil dengan alasan lebih praktis. Namun ternyata produksi dan
konsumsi kertas besar-besaran juga menjadi salah satu penyebab utama
penggundulan hutan global. Salah satu sumber kayu terbesar adalah industri
kehutanan yang lagi-lagi ada di kalimantan dan Irian. Studi CIFOR (International
Forestry Research) menelaah tentang penyebab
penggundulan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan
hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan
industri perkayuan. Hutan yang didalamnya terdapat beraneka ragam jenis pohon,
spesies tanaman dan tempat tinggal banyak hewan dibabat habis/dibakar. Padahal kekayaan
spesies tanaman di hutan berpotensi menjadi bahan obat-obatan modern. Populasi
gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) pun terus berkurang akibat
kerusakan hutan lindung, sehingga diperkirakan saat ini hanya terdapat 20
hingga 80 gajah yang hidup di hutan di dua kabupaten, yakni Malinau dan
Nunukan. Hal ini dikarenakan gajah kesulitan mencari makanan di hutan.
TEKSTIL
Dengan makin
berkembangnya dunia fashion saat ini, para perempuan seakan berlomba-lomba memperbarui penampilannya dengan tren-tren
mode terbaru karena takut dianggap kuno atau tidak mengikuti perkembangan mode.
Tapi sadarkah kita bahwa kain katun dan
tekstil bergantung pada pertanian kapas yang hingga kini masih menggunakan
peptisida dan pupuk kimiawi yang beracun.
Menurut Natural Health Care Kanada, pertanian kapas memakai 22,5% dt
total penggunaan peptisida secara global. Yang terjadi adalah pada proses
pengairan pertanian zat beracun dari peptisida atau pupuk kimia terbawa ke
parit, sungai, kemudian laut. Akibatnya hewan-hewan yang hidup dalam air dan
tumbuhan disekitarnya yang mengkonsumsi
air yang terkontaminasi akan keracunan bahkan mati.
Dengan mempertimbangkan itu semua dan disertai semangat Kartini yaitu untuk memperbaiki kehidupan yang
ada. Marilah kita perempuan ikut berpartisipasi dalam kelestarian lingkungan
dengan berbuat sesuatu dari skala kecil, dari diri kita sendiri, dari area
domestik kita untuk membatasi penggunaan bahan-bahan yang berpotensi pada
kerusakan hutan. Mari kita kenalkan pada anak-anak kita kearifan lokal untuk
selalu menjaga, menghargai dan memelihara lingkungan. Saat kita menerima
sesuatu dari alam maka seyogyanya kita memberi sesuatu pula ke alam. Semisal
dengan menanam pohon kembali, berkebun, tidak membuang sampah sembarangan dan
lain-lain.
SELAMAT HARI
KARTINI DAN SELAMAT HARI BUMI
Sumber:
Majalah Femina 2005 “10 kemewahan
yang merusak”
http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Bumi
http://www.seruu.com/indonesiana/flora-a-fauna/artikel/kerusakan-hutan-lindung-sebabkan-populasi-gajah-kalimantan-berkurang
Kompas. Minggu,
11 Maret 2012. Pesona:” Aleta Ba’un. Perempuan yang Terus Berjalan