Minggu, 22 April 2012

Kartini dan Bumi


Peringatan hari Kartini yang jatuh tanggal 21 April  dan hari Bumi yang  diperingati secara  internasional  pada hari ini 22 April, menggelitik urat syaraf otak saya untuk berpikir. Apa yang sudah kaumku (perempuan) lakukan untuk bumi tercinta ini?.

                Terlepas dari kebetulan atau tidak, hari Kartini  diperingati sebagai awal dari perjuangan kaum perempuan untuk mendapatkan kesetaraan dengan kaum lali-laki dalam mendapatkan kesetaraan pendidikan, kebebasan, otonomi dan persamaan di hadapan hukum. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi kita terhadap planet yang ditinggali manusia yaitu bumi tercinta ini. Hari Bumi menyerukan pesan secara keras dan jelas bahwa penduduk dunia menginginkan tindakan yang cepat dan tegas untuk penggunaan energi yang bersih, ramah lingkungan, perlindungan dan penyelamatan hewan satwa dilindungi.
                Alam (bumi) dan perempuan juga tidak dapat dipisahkan. Seperti apa yang dikatakan oleh Aleta Ba’un, seorang aktivis lingkungan dari Timor Leste, saat ditanyakan apa arti bumi bagi manusia?
                “ Mama kita itu siapa? Mama kita adalah tanah. Tanah adalah Ibu yang menyusui. Bagaimana kita bisa menyangkal mama? Kita tidak bisa dipisahkan dari tanah, kita hidup dari situ dan mati kembali ke tanah.”
Menurut Aleta lagi, terdapat 4 hal yang menjadi dasar filosofinya yang dianut dari kearifan lokal suku Mollo Timor Leste:
  • Nasi fani on nafum : hutan adalah rambut/pori-pori
  • Fatu fani on nuif : tulang adalah batu
  • Eol fani on na : darah adalah air
  • Afu fani on nesa : daging adalah tanah
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa  bumi diibaratkan sebagai perempuan/ibu (Mother of Nature). Jadi apa yang terkandung didalam bumi adalah kesatuan dari tubuh manusia yang berwujud ibu.  Namun pada kenyataannya perempuan sebagai jumlah makluk terbanyak yang hidup di atas bumi ini mempunyai peran yang sangat besar dalam penurunan kualitas kelestarian bumi. Hal ini terkait dengan gaya hidup/life style perempuan modern saat ini.
KOSMETIK
                Semua wanita pasti mengenal dan menggunakan kosmetik. Tampil menarik dengan bantuan lipstik, bedak atau kuteks kini seolah wajib. Namun ternyata kosmetik juga boros dalam penggunaan bahan yang bersumber dari pertanian. Yang terbanyak adalah minyak kelapa sawit. Di Asia Tenggara kelapa sawit berkembang pesat karena permintaan pasar dunia (termasuk kita para perempuan) yang terus meningkat. Cara cepat untuk memperoleh perkebunan kelapa sawit adalah dengan membakar hutan tropis, rumah dari ribuan spesies tanaman dan hewan. Asia Tenggarapun menjadi kawasan penggundulan hutan terbesar. Sedihnya kawasan hutan terparah adalah Kalimantan, Sumatra, dan Irian.
                Data kerusakan hutan di Indonesia masih simpang siur, ini akibat perbedaan persepsi dan kepentingan dalam mengungkap data tentang kerusakan hutan. Laju deforestasi di Indonesia menurut parkiraan World Bank antara 700.000 – 1.200.000 ha per tahun, dimana deforestasi oleh peladang berpindah ditaksir mencapai separuhnya. Sedangkan menurut FAO  laju kerusakan hutan Indonesia mencapai 1.315.000 ha pertahun atau setiap tahunnya luas areal  hutan berkurang sebesar  1%. Berbagai LSM peduli lingkungan mengungkapkan kerusakan hutan mencapai 1,6 – 2 juta ha pertahun dan lebih tinggi lagi data yang diungkapkan Greenpeace, bahwa kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3,8 juta ha pertahun yang sebagian besar adalah illegal loging. Sedangkan ahli kehutanan mengungkapkan laju kerusakan hutan Indonesia adalah 1,08 juta ha pertahun.
 
PERHIASAN
                Keindahan kilau berlian, permata, dan emas tentu menggoda semua perempuan untuk memakai dan memilikinya. Tapi  terpikirkah oleh kita, akibat eksploitasi yang berlebihan logam batu mulia bisa habis dari alam. Terbayangkah oleh kita jika suatu hari nanti anak cucu kita hanya bisa menikmati indahnya perhiasan hanya dari warisan nenek moyang atau pajangan dimusium saja. Selain itu pertambangan umumnya mengambil lahan hutan hijau yang bisa memusnahkan aneka spesies tanaman dan hewan. Di Indonesia, Kalimantan adalah daerah pertambangan terbesar. Dan saat ini populasi orang utan tinggal sedikit dan hampir mengalami kepunahan.

KERTAS DAN TISU
                Bukan rahasia lagi kalau perempuan lebih senang memakai tisu daripada membawa saputangan atau handuk kecil dengan alasan lebih praktis. Namun ternyata produksi dan konsumsi kertas besar-besaran juga menjadi salah satu penyebab utama penggundulan hutan global. Salah satu sumber kayu terbesar adalah industri kehutanan yang lagi-lagi ada di kalimantan dan Irian. Studi CIFOR (International Forestry Research) menelaah tentang penyebab  penggundulan hutan yang terdiri dari perladangan berpindah, perambahan hutan, transmigrasi, pertambangan, perkebunan, hutan tanaman, pembalakan dan industri perkayuan. Hutan yang didalamnya terdapat beraneka ragam jenis pohon, spesies tanaman dan tempat tinggal banyak hewan dibabat habis/dibakar. Padahal kekayaan spesies tanaman di hutan berpotensi menjadi bahan obat-obatan modern. Populasi gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) pun terus berkurang akibat kerusakan hutan lindung, sehingga diperkirakan saat ini hanya terdapat 20 hingga 80 gajah yang hidup di hutan di dua kabupaten, yakni Malinau dan Nunukan. Hal ini dikarenakan gajah kesulitan mencari makanan di hutan.

TEKSTIL
Dengan makin berkembangnya dunia fashion saat ini, para perempuan seakan berlomba-lomba  memperbarui penampilannya dengan tren-tren mode terbaru karena takut dianggap kuno atau tidak mengikuti perkembangan mode. Tapi sadarkah kita bahwa  kain katun dan tekstil bergantung pada pertanian kapas yang hingga kini masih menggunakan peptisida dan pupuk kimiawi yang beracun.  Menurut Natural Health Care Kanada, pertanian kapas memakai 22,5% dt total penggunaan peptisida secara global. Yang terjadi adalah pada proses pengairan pertanian zat beracun dari peptisida atau pupuk kimia terbawa ke parit, sungai, kemudian laut. Akibatnya hewan-hewan yang hidup dalam air dan tumbuhan disekitarnya  yang mengkonsumsi air yang terkontaminasi akan keracunan bahkan mati.
Dengan mempertimbangkan itu semua dan disertai semangat Kartini yaitu untuk memperbaiki kehidupan yang ada. Marilah kita perempuan ikut berpartisipasi dalam kelestarian lingkungan dengan berbuat sesuatu dari skala kecil, dari diri kita sendiri, dari area domestik kita untuk membatasi penggunaan bahan-bahan yang berpotensi pada kerusakan hutan. Mari kita kenalkan pada anak-anak kita kearifan lokal untuk selalu menjaga, menghargai dan memelihara lingkungan. Saat kita menerima sesuatu dari alam maka seyogyanya kita memberi sesuatu pula ke alam. Semisal dengan menanam pohon kembali, berkebun, tidak membuang sampah sembarangan dan lain-lain. 

SELAMAT HARI KARTINI DAN SELAMAT HARI BUMI


               
Sumber:
Majalah Femina 2005 “10 kemewahan yang merusak”
http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Bumi
http://www.seruu.com/indonesiana/flora-a-fauna/artikel/kerusakan-hutan-lindung-sebabkan-populasi-gajah-kalimantan-berkurang
Kompas.  Minggu, 11 Maret 2012. Pesona:” Aleta Ba’un. Perempuan yang Terus Berjalan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar