Jumat, 13 April 2012

Ibu rumah tangga vs Ibu bekerja


Ini tulisan sudah sangat lama ada di draft komputerku.. dan tiba-tiba teringat setelah baca tulisan yg menawan dan sepemikiran. Dan buah-buah pemikiran yang sama itu justru dari kaum adam alias Men not Woman. Berikut ini opini mereka:

http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/10/ibu-rumah-tangga-puncak-prestasi-karier-seorang-wanita/

Layaknya manusia yang hidup selalu berkelompok. Dalam kesehariannya manusia  secara tidak  disadari  membentuk suatu opini pengelompokkan2 atau gap yang saling berlawanan/crash. Seperti kelompok ibu rumah tangga vs ibu pekerja.  Kenapa kok begitu? Karena berdasar hasil dari pengamatan (penulis), masing-masing kelompok seakan-akan saling membanggakan profesi masing-masing dan cenderung berpikir negatif  ke kolompok lainnya. Tidak percaya? Coba amati..

Ibu rumah tangga vs ibu bekerja
Ibu
Jabatan ibu adalah jabatan terberat bagiku. Gak heran banyak ibu yang memilih bekerja dan menitipkan anak-anaknya ke kakek nenek atau bahkan ke orang lain untuk diasuh, dididik dan dirawat. Kadang mereka gak tanggung-tanggung untuk merogoh kocek dalam-dalam membayar tempat penitipan pengasuhan anak yang berkwalitas alias banyak fasilitas. Kami kan berusaha memberikan yang terbaik untuk anak2 kami.. Biasanya mereka berkilah demikian.
Aku juga sempet tergoda untuk melakukan hal yang sama.. tapi syukurlah Tuhan tidak mengijinkan.:)
Karena kupercaya Tuhan sedang merencanakan sesuatu untuk kami.. sesuatu yang baik dan besar. Mereka membutuhkan aku sepenuhnya. But it don’t stop me to still write. Aku masih bisa menulis dan membaca dikala senggang.. kegemaranku ini juga bisa kutularkan pada anak tanpa meminta mereka berbuat yang sama, cukup dengan teladan. Mereka melihat dan mencontoh.
Eits..jadi nglantur..back to the topic.
Ibu rumah tangga, berpendapat bahwa merekalah ibu yang paling ideal karena sudah memberikan seluruh waktunya buat keluarga. Bisa mengawasi anak-anak dengan lebih baik dari segala kegiatan mereka seharian.
Ibu bekerja, merasa bangga bisa bekerja atau beraktifitas diluar rumah apalagi bisa menghasilkan uang. Tidak ongkang-ongkang kaki saja sambil menengadah tangan menunggu gaji suami.
Dulu pernah ada temen yang bilang alasan dia bekerja adalah supaya otaknya tidak berhenti. Hah?
Saat itu yang kebayang dipikiranku adalah sel-sel otak berupa roda-roda bergerigi yang berputar berkesinambungan namun lambat laun berputar perlahan-lahan dan kemudian STOP!!!  Berhenti seketika saat dirimu memilih menjadi ibu rumah tangga.. what a absurd imagination right??
Pandangan yang angkuh sekali.. jika semua ibu rumah tangga otaknya berhenti lalu bagaimana generasi penerus bangsa ini. Tidak akan ada Bung Karno, Pak Habibie, Bung Hatta, Kartini, gak bakalan ada penulis brilian sekelas Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata,  dan semua tokoh-tokoh negara pemimpin bangsa ini yang berasal dari seorang Ibu rumah tangga.
Tapi itulah kenyataanya, wanita yang bekerja cenderung merasa superior lebih berkwalitas dibanding ibu rumah tangga yang kesehariannya bergelut di dapur atau rumah.
Saya pribadi sangat menghargai wanita-wanita yang bekerja.. para buruh di pabrik2 garmen, di berbagai pabrik rokok, para petani dan peladang wanita, para guru dan pendidik  diseluruh Indonesia.. dan semua profesi asalkan mereka bekerja dengan hati yang tulus nan ikhlas.
Saya akan memberikan perhargaan saya paling tinggi buat para ibu yang memilih jadi Ibu rumah tangga dengan  kesabaran, keteguhan dan kasih sayangnya yang tulus tanpa pamrih untuk totalitasnya dalam melayani keluarga..
Kita semua para wanita mempunyai kebebasan memilih untuk menjadi apa yang kita inginkan. Just listen to your heart..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar